Sebelumnya, saya selalu bersahabat dengan dokter gigi. Sejak kecil saya selalu rajin dibawa Mama buat ke dokter gigi. Goyang sedikit saja langsung ke dokter gigi buat dicabut. Ini akibat Mama selalu menakuti kalau tidak segera dicabut, gigi baru akan jadi gigi gingsul yang tumbuhnya tidak pada tempatnya, lalu mulut saya akan jadi seperti Dono Warkop, atau Mandra. Bimoli istilahnya, Bibir Monyong Lima Senti. Takutlah saya, dan selalu nurut kalau disuruh pergi ke dokter gigi. Serunya, tiap habis cabut gigi, bibir dan pipi saya jadi ikutan mati rasa alias kebal akibat anastesi yang dikasih dokter. Saya dan Kakak selalu main cubit-cubit an habis itu, berlomba siapa yang paling kebal. Lucu aja kayaknya seperti jadi orang sakti. hehe. Yeah I was weird as a child just accept it anyway.. Selain itu, selalu setiap ke dokter gigi, Mama selalu menyempatkan diri belanja pampers dan susu bayi buat si adek plus tak lupa bonus ice cream walls buat kami sekeluarga di apotik dibawah klinik gigi langganan kami. Yah, siapa mau menolak. :P .
Dokter gigi langganan saya pun baik hati walaupun namanya sedikit aneh, drg. Trinil. Seperti nama sungai tempat ditemukannya manusia purba ya.. "Pithecanthropus Erectus, ditemukan di Desa Trinil, Ngawi Jatim". Selama gigi saya dirawat beliau, tidak pernah ada rasa sakit sedikitpun, paling ngilu sedikit. Dan deretan gigi rapih di rongga mulut saya tanpa perlu behel jutaan ini juga rasanya berkat tangan beliau dan tentunya si Mama yang selalu rajin nyuruh saya ke dokter gigi. He.. Sering bangga juga sih kalau ada yang tanya "giginya rapih banget, pernah di behel ya?". hehehe..
Lama tidak ke dokter gigi lagi setelah gigi bungsu ini semua gugur satu persatu digantikan dengan gigi dewasa, saya baru kedokter gigi lagi sewaktu kuliah. Buat nambal lubang gigi tentunya akibat keseringan terlelap tanpa menggosok gigi. Masa-masa ini saya sudah tidak ke dokter Trinil lagi, tetapi dokter di BMG depan kampus. Gratisan. Yah walaupun memang harga sesuai kualitas. Tetapi yang penting dokter disini juga ramah, tidak nyakitin, dan tambalannya berwarna putih, jadi saya tidak malu kalau ketawa, ketauan kalo gigi ini banyak lubangnya.
Lengkap sudah gigi graham bagian bawah semua sudah kena caries, alias berlubang, dan harus ditambal. Paling parah si gigi graham tengah bagian bawah kanan dan kiri yang sampai harus dicabut. Tapi saya masih santai-santai saja, kata Mama bikin gigi palsu murah kok, kebetulan Mama juga nasibnya sama. Hahaha. Tapi karena prinsip saya kalau ngga sakit ngga kedokter gigi, ya tidak bikin-bikin itu gigi palsu buat mengganti dua gigi geraham. Jadilah saya ompong sampai saat ini. Yah, masih bisa makan dengan normal sih, nanti sajalah. Selalu begitu. Toh tidak begitu kelihatan kalau tertawa, hehe.. Tidak menggangu estetika juga.
Tibalah waktunya saya berangkat ke Jepang. Sebelum berangkat, saya sudah pastikan gigi saya dalam keadaan prima. Semua gigi yang saya anggap bermasalah lubang sekecil apapun yang berpotensi membesar saya minta dokter tutup. Tentunya pakai tambal sinar yang warnanya putih itu. Ini buat saya penting sekali. Tak apa saya bayar agak mahal, yang penting gigi ini tetap cantik. Si 2 ompong masih belom sempat disentuh. Tidak sempat bikin gigi, saya terlalu sibuk belanja outfit winter, hehe.
And time goes by.. soo fast.. 2 tahun sudah saya di Jepang. Si gigi mulai bermasalah. tambalannya lepas. Sedikiiiit. Tidak sakit. Tapi cukup mengganggu kalau makan jadi suka bikin nyangkut-nyangkut. Pikir-pikir ke dokter ngga ya? Ada asuransi sih, jadi pastinya akan jadi lebih murah, plus ini kan Jepang, pasti lebih bagus pelayanannya, tekniknya dan lain-lainnya.
Sebelumnya, seorang teman sudah pernah ke dokter gigi disini juga, dan hasilnya, semua gigi geraham atas dan bawah dia berubah jadi logam. Seraaaam. Kata si teman, di Jepang, kalau gigi berlubang, dan mau di tambal, sudah tidak ada lagi tambalan biasa kayak di Indonesia. Harus di crown. Jadi, kalau di crown itu, gigi kita akan dikikis lalu dibuat mahkota baru. Bahan dasar mahkota buatan yang di cover asuransi hanya yang logam. Yang putih yang dilapsi dari keramik tidak bisa cover asuransi. Dan biayanya sangat mahal, 70.000 yen atau 7 juta rupiah kata dokter. Sementara, kalau yang logam, kita bisa membayar 30% nya saja. Tidak sampai 10.000 yen. Tetapi, dengan metode crown ini, gigi kita akan terlihat seperti memakai gigi palsu. Nah kalau bahan dasarnya logam, jadi kayak gigi robot. Seperti teman saya itu. Semuanya Logam. Seraaaaam.
Setelah pikir-pikir panjang, pergi jugalah saya ke dokter gigi. Diiringi rasa takut tragedi gigi robot akan menimpa saya juga, saya mencoba berpikir positif. Lubang saya kan cuma kecil, satu gigi dibagian atas. Kalaupun di crown ya ngga begitu keliatan lah, lagian mau nunggu ke Indonesia masih lama. Atau tanya saja dulu itu yang putih beneran mahal banget gitu? siapa tahu sekarang sudah bisa cover asuransi.
Yap.. pergilah saya ke dokter gigi dengan hasil semua pikiran positif itu tidak terbukti. Setelah gigi saya di scan, bukan cuma satu gigi saya yang harus di crown, tapi hampir semua gigi graham. Setelah konsultasi sana-sini dengan dokter yang tidak bisa pakai bahasa inggris tapi sok inggris lalu putus asa dan akhirnya bilang "bahasa Jepang kamu jelek sekali ya..". Kami memutuskan tahapan perawatan. Pertama geraham atas sebelah kiri, lalu geraham bawah tempat salah satu gigi ompong berada, akhirnya ini gigi dapet perhatian, lalu geraham atas dan bawah sebelah kanan. Sebenernya itu akal-akalan saya saja supaya urutannya dari geraham bagian atas. Saya masih tidak mau kalau gigi saya akan berubah jadi gigi robot semua. Satu deret geraham bagian atas saja dulu ini buat percobaan, karena dibagian atas tidak akan terlalu kelihatan. Dan kalau memang hasilnya buruk sekali dan akan membuat saya jadi malu tertawa, terimakasih dokter biarkan saja saya ompong dan banyak karies. Saya masih butuh tertawa lepas.
Lalu, saya relakan mahkota 2 gigi geraham atas saya yang lucu dia kikis habis hingga berdarah-darah, tak berdosa, padahal mereka putih bersih, kok harus diganti logam hitam legam. Sedih. Setelah gigi saya dikikis habis, dikasih tambalan sementara, lalu dicetak, saya pulang sambil membawa perasaan tak enak. Saya masih harus kembali lagi ke klinik itu minggu depan untuk memasang si gigi robot. Dan minggu depannya lagi pasti disuruh balik lagi untuk pembantaian eh perawatan gigi selanjutnya. Ah pantas saja gigi orang jepang pasti ada gigi palsu logamnya. Orang lubang segini aja harus dikikis habis. Sebal. Rupanya estetika gigi kurang begitu penting bagi orang Jepang ya, mungkin karena mahal. Sering sekali saya lihat gigi orang Jepang jelek-jelek, berantakan, dan ada gigi palsu logamnya. Kalau di Indonesia behel memang termasuk kategori mahal, tetapi orang masih banyak yang pakai. Bahkan sekarang katanya bisa dicicil bayarnya. Entahlah..
Sampai di rumah, saya lalu langsung kirim message FB ke teman sma yang sekarang jadi dokter gigi. Mengeluh dan bertanya harus bagaimana. Message di balas dengan cepat. Dia bilang kalau lubang sedikit tidak perlu di crown. Teknik crown hanya digunakan jika lubangnya sudah terlampau parah. Dan kalaupun di crown, dia selalu membuatkannya dengan dilapis keramik agar warnanya senada dengan gigi. Lalu saya tanya harganya berapa. Dia bilang sejumlah harga yang masih bisa saya jangkau, hanya sedikit lebih mahal dari harga perawatan gigi yang saya lakukan di Jepang ini, tetapi pakai keramik, gigi tetap cantik. Ditambah lagi dia bilang "kalau sama teman gue kasih murah deh..". Horeeeeeeee..
See dokter gigi yang budiman, minggu depan kita terakhir kali bertemu ya.. Biarlah caries yang anda bilang ada itu menunggu saja sampai saya pulang 4 bulan lagi. Silahkan buat gigi robot sebanyak yang anda suka, tapi jangan ke saya. Cukup gigi geraham atas sebelah kiri ini saja ya dok, dan oiya.. minggu depan bicara pakai Nihonggo saja ya, daripada berusaha keras pakai English tapi yang keluar cuma kata "caries.. cavity.." dan "bridge" berulang-ulang dan mengangguk-angguk sambil menunjuk-nunjuk gigi saya saja. Berharap saya bisa membaca pikiran anda. Saya sudah tahu itu gigi dan ber-caries. Tapi saya ngga bisa ngerti bahasa telepati anda. Lebih baik bicara Nihonggo saja daripada ngajak pake English tapi saat saya tanya "What is wrong?" anda bahkan tidak mengerti artinya. Ugh.. saya sudah cukup panik saat tau anda mau mengubah gigi saya semua jadi logam tauk!.
Maaf kalau saya rada jutek ya, apalagi setelah anda bilang kalau kemungkinan anda akan meminta jilbab saya dilepas. Anda juga seharusnya lebih banyak belajar English. Oiya, satu lagi, saya mengerti semua yang ada omongin sama suster lho.. Terimakasih anda bilang saya cantik ya..