Tuesday, April 22, 2008
Promise Myself
"I promise my self not to talk about my friend's bad behind them again and again"
Sudah beberapa minggu ini saya ingin mengungkapkannya di blog ini, tapi entah pikirian saya aga tersumbat sehingga tidak tau bagaimana kalimat yang tepat. Ternyata postingan seorang teman ini yang membantu saya mengungkapkanya.
She said :
"As a child, friendship for me was very sincere.
We had less friendship-related-issue intrigues.
We made friends with anyone we liked.
*And probably also discouraged to made friends with anyone we disliked.*
When I was a child, I was taught not to talk about someone behind his/her back.
Hence, I used to warn them whenever they did mistakes,,
instead of making few false rumors.
Appreciating friends was also a huge issue.
Never ever treat them unfairly.
Well, growing old doesn’t always makes us a better person.
Lately, just these few days, I noticed some unacceptable friendship-related-issue intrigues.
Where simple problems were made more complicated.
Where sincere friendships less exist, fake one sometimes does.
Where professional issues then become personal issues,,
and personal issues destruct professional issues.
Where friends stab other friends.
Less appreciation is then become a huge issue.
In the end, it affects the community, badly.
Well, cruelly, I might be one of them.
Well the perfect explanation for what i've been feeling since several weeks ago. When i felt that i've been stabbed by my closest friend who is the one that i trust so much for everything. In each tears that coming up after that, i ask my self again and again :
"Did I deserve to get that stab thing?"
Not to fair for the other side, i realize. But i think the wise answer is those writing above. And deeply, I agree with that. Maybe i did that stab thing too.
Pendek kata, saya selalu berfikir kalau saya tidak bisa hidup tanpa teman-teman. Tapi tanpa menyadari bahwa memikirkan bagaimana menjadi teman yang baik adalah yang terpenting. Kesedihan menghinggapi lagi benak saya sekarang. Mengingat sekarang sudah pertengahan April. Hanya punya waktu 2 bulan lagi untuk menyatakan bahwa saya sayang teman-teman saya. Rasanya saya ingin kembali ke masa TPB dulu, merasakan lagi kebersamaan suka dan duka, merasakan kemabali bahwa saya punya benyak teman setia, yang bahkan rela memberikan kasurnya untuk saya basahi dengan air mata saya waktu saya sedang patah hati.
Saya kehilangan. Kehilangan sapaan "Uqi lagi ngapain" di sela-sela liburan. Kehilangan ajakan main ke basecamp di Kanayakan. Kehilangan "buka bersama" di buka puasa. Kehilangan serunya mempersiapkan surprise party dan pembelian kado. Kehilangan semuanya. Dan yang terpenting adalah saya kehilangan rasa "memiliki teman" itu sendiri dimana saya selalu merasa nyaman disekitar mereka.
Tapi.. perasaan nyaman dan percaya itu seakan hilang tertelan bumi sejak hari itu. Mungkin karena saya memang orang yang mudah tarumatis. Lagi-lagi pertanyaan itu melintas lagi sekarang. Ahh sudahlah, mungkin memang saya yang tidak baik menjadi teman selama ini, sehingga saya pun diperlakukan seperti itu. Saya hanya ingin menjadi teman yang baik. Atau setidaknya, mulai sekarang, orang-orang disekitar saya tahu, saya ingin menjadi teman yang baik.
Saya ingat sekali sebuah sms pernah hadir di hanphone saya :
"Uqi, walaupun ___ udah pergi, kita akan selalu ada buat Uqi "
How nice, isn't it?
Jika kesempatan saya masih ada, saya ingin sekali membalas sms diatas. Terlebih dengan niat yang lebih umum, ingin menjadi teman yang baik buat semua teman-teman saya. Dengan satu langkah janji kepada diri sendiri untuk tidak membicarakan teman dibelakangnya. Really.. I mean it friends...